

KISAH NYATA EDISI HARI IBU – Semua berawal di saat usia pernikahan ku memasuki usia 3 tahun. Saat itu aku bekerja hanya sebagai guru honerer di salah satu Madrasah Ibtidaiyah di Kota Bekasi, sedangkan istri ku bekerja di salah satu PJTKI atau tempat para Tenaga Kerja Indonesia (TKI) direkrut untuk dikirim dan bekerja di Arab Saudi atau negara Timur Tengah lainnya di daerah Buaran, Jakarta Timur.

Sejak kami menikah, kami tinggal dikontrakan petak di daerah Bekasi Barat, setiap pagi aku mengantarkan istri ku berangkat kerja ke kantornya sambil aku berangkat mengajar. Saat pulangpun aku selalu menjemputnya.

Pernikahan ku dengan istri ku dikaruniai seorang anak perempuan, semenjak lahir, anak ku selalu aku titipkan ketetangga kontrakan ku yang mengasuh anak ku. Kami tidak pernah ribut atau memiliki masalah apapun, kehidupan keluarga ku cukup bahagia walau ekonomi kami masih belum stabil.

Malapeta terjadi ketika anak ku berusia 1 tahun, tidak sengaja hp istri ku mendapat sms, entah kenapa saat itu aku penasaran ingin membuka dan membacanya. Biasanya aku tidak pernah mau membaca sms atau mengangkat telpon istri aku walau dari siapapun, karena buat kami itu adalah melanggar etika.

Karena istri ku sedang pergi main bersama anak aku ke rumah tetangga kontrakan, akhirnya aku beranikan diri untuk membuka dan membaca sms yang masuk di hp istri ku.

Bagai disambar petir disiang hari, bagaikan hilang semua nafas dan tenaga aku ketika membaca isi sms di hp istri aku. Sms itu dari Boss ditempat kerjanya. Sms itu berisi ajakan tidur di hotel, dan rayuan serta ungkapan perasaan Boss nya selama ini kepada istri aku.

Entah setan apa yang merasuki aku, tanpa fikir panjang aku pergi mencari istri aku untuk memberitahukan isi sms dari Boss nya tersebut, anak ku aku suruh dititipkan dulu ketetangga, setelah sampai kontrakan, kami pun bertengkar hebat, dan yang bikin aku semakin emosi, istri ku seolah – olah lebih membela Boss nya.

Singkat cerita, besok paginya aku sendiri mendatangi kantor Boss istri aku, dan istri ku aku suruh berhenti bekerja disana. Sesampai dikantor Boss nya istri ku, aku langsung menemuinya dan menghajar kepalanya dengan besi tajam berkarat, yang sebelumnya aku ambil dipagar pinggir jalan, hingga kepalanya bocor dan darahpun memancar deras dari kepalanya.
Karena terjadi keributan dan teriakan keras Boss istri ku yang meminta tolong, karyawan yang mendengar teriakan dan keributan itu langsung berdatangan dan melerai. Kasus itu selesai dengan kekeluargaan, orang Arab itu pun akhirnya pulang ke negaranya.

Setelah kejadian itu, keharmonisan kami pun hilang, kami pun sering bertengkar, dan akhirnya kami pun berpisah, anak ku dibawa oleh istri ku dan dititipkan di kampungnya bersama orang tuanya. Akupun pulang ke kampung halaman ku.
Aku berkeyakinan, semua kejadian itu terjadi dan harus aku alami karena aku tidak mau mendengar dan menuruti nasehat Ibu ku, beliau pernah melarang aku untuk menikah dengan orang yang berasal dari daerah atau kampung istri aku.
“Maafkan aku bu, anak mu yang salah, semoga ibu tenang dan bahagia di sisi-Nya,” do’a ku untuk ibu ku yang sudah almarhumah saat ziarah ke makamnya.
Penulis : Redaksi
Redaktur : Nisa

